Baca Juga
“Ini bukan masalah kamu lulus ujian naik kelas atau tidak, tapi masalah ini harus diluruskan”
Kadang kita sendiri tidak menyangka bahwa kita ternyata dapat menghadapi satu masalah dengan tenang. Sementara mungkin bila kita mendapatkan masalah yang sama beberapa waktu lalu, hidup kita seakan “jatuh”.
Aku semakin percaya, bahwa Tuhan dengan cantiknya menyiapkan “kelas-kelas” untuk kita belajar sebelum mendapatkan “ujian naik kelas”. Mengasah diri dalam kelas-kelasnya memang bukan hal yang mudah. Memiliki referensi hidup orang lain dan mencoba mengambil hikmahnya bisa membantu, namun yang penting adalah cara diri membuka diri supaya dapat memandang referensi dari berbagai macam sudut pandang.
Orang yang sedikit ilmunya tapi bertanggung jawab dan menjalankannya dalam keseharian itu lebih baik daripada banyak ilmunya tapi hanya sebatas di mulut saja. Berpengetahuan adalah baik. Berilmu adalah mulia. Tapi pengetahuan dan ilmu sebatas di bibir dan otak tak sampai ke dalam hati dan keseharian adalah bencana. Memiliki kesempatan untuk menimba ilmu itu mahal harganya, namun tanggung jawab atas ilmu yang sudah didapat itu juga harus ditunaikan.
Belajar bijak bukan hanya belajar memahami orang lain dan menyikapinya dengan baik, tetapi lebih kepada mengenal tembok-tembok yang ada dalam diri, dan berusaha untuk membongkarnya. Memang terlihat sulit untuk menghadapi masalah dengan orang lain. Tetapi pada kenyataannya adalah lebih sulit untuk menyiapkan diri sendiri supaya dapat menangani semua masalah dengan bijak. Semuanya perlu keterbukaan atas diri dan niat yang tulus. Memiliki orang-orang (ter)baik yang bersedia mengingatkan dan selalu menemani di sepanjang prosesnya adalah harta.
Tidak semua masalah harus dibereskan saat itu juga. Sering kali kita perlu mengendapkan diri supaya tidak membereskan masalah ketika diri sedang sangat emosional. Sering pula kita perlu membiarkan waktu untuk menyelesaikan masalah itu sendiri, karena banyak hal akan terjawab ketika kita mundur sejenak dari masalah. Terkadang ngotot bahwa kita benar malah memperumit masalah dan tidak selamanya kita perlu memperlihatkan bahwa kita benar. Ya, mengalah untuk menang. Sebisa mungkin menyamakan persepsi, meletakkan masalah secara terbuka bersama-sama, dan gunakan kepala dingin.
Terima kasih kamu, selalu disampingku dan mendengarkan semua keluh kesahku disaat aku benar-benar terpuruk.
No comments:
Post a Comment