Baca Juga
Ada banyak keinginan yang ingin kutuliskan, tapi itu tidak perlu lagi.
Ada banyak harapan yang ingin aku nyatakan, tapi itu tidak perlu lagi,
Ada mimpi yang ingin aku tunjukkan kepadamu tapi itu sudah basi.
Tanpamu semua menjadi tidak berarti.
Mimpi menjadi datar, harapan menjadi mimpi, yang mungkin akan selalu menemani untuk setiap tidur yang aku tak pernah ingin tidur.
Hidup itu seperti kejam, dan memang terasa sangat kejam.
Setelah 100 hari,
Aku mencoba memperbaiki apa yang menurutku bisa saya perbaiki, tapi nyatanya aku tak pernah sehebat engkau dalam menyederhanan sesuatu bahkan yang sangat sederhana.
Aku mencoba tegar, tapi toh aku tetap menangis.
Aku mencoba mendapatkan ribuan sesuatu, tetap aku tak bisa melupakanmu.
Aku bahagia, dan semua orang tau jika aku bahagia,,,,,,,,,,,
Tapi apa arti bahagia tanpamu, sedangkan bahagia yang sebenarnya telah pergi 100 hari yang lalu. Bukan aku tidak bisa merelakan, tapi aku masih terlalu takut untuk melangkah sendiri.
101 hari sebelumnya.
masih sangat jelas, tentang bagaimana engkau bercerita bahwa semua baik baik saja, (aku tertipu Ibu)
bahwa engkau akan sehat, dan kembali menjalani perjuangan untuk mewujudkan kebahagiaanku (aku juga tertipu Ibu)
Bahwa kita akan segera memulai membangun tempat tinggal yang nantinya akan saya tempati bersama menantumu, (sudah saya usahakan tapi semua berantakan)
Ibu,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Hanya engkau cinta yang nyata yang pernah aku rasakan,
Hanya engkau yang tetap membelaku mesti aku salah,
Hanya engkau yang tetap membenarkan mesti engkau tahu bahwa aku berbohong,
Hanya engkau yang memaafkan mesti aku enggan pulang,
Aku merindukanmu Ibu.
Aku ingin tidur dipangkuanmu lagi sementara engkau membaca Al- qur'an.
Aku ingin usapan basah dari air wudhumu dalam tidur lupaku.
Hari ini.
Aku masih diam disini,,,,
Mengenangmu.
I LOVE YOU MA....... (dulu engkau selalu membalas TOO)
Al Fatihah untuk IBU